About me

Blog

23 March 2008

Bila Tamara Potong Rambut Mengalahkan Rating Berita Lainnya

Oleh2-oleh Diskusi Tentang Rating AGB Nielsen-Media Buying-Sun TV/MNC - Akademisi - Jurnalis di Santika Premiere Hotel Semarang

Secara sederhana, rating merupakan ukuran tentang ketertarikan masyarakat terhadap 'acara' TV. Christina Afendy,Senior Manager Marketing Service AGB Nielsen mengungkapkan, pihaknya telah melakukan survey di 10 kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin.

Institusi tersebut tidak saja menyurvey tv nasional namun juga tv lokal.
Namun, survey tersebut bertumpu pada perilaku pemirsa terhadap acara TV.Bukan kualitas 'acara' TV itu sendiri. Jadi,rating, tidak ada hubungannya dengan kualitas program tv. Alhasil, rating yang tinggi pada program tv bukan selalu bermakna bahwa acara tersebut berkualitas baik.Begitu ungkapan Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Prof Deddy Mulyana mengawali diskusi yang disponsori oleh lembaga rating kondang AGB Nielsen (dulu namanya AC Nielsen) di Salah satu Cafe Hotel Santika Premiere Semarang.

Padahal para pemasang iklan secara umum akan memilih acara tv berating tinggi untuk memasang slot iklannya. Sebagaimana yang kita tahu,income stasiun tv berasal dari iklan. Jadi, meski sebuah acara TV dianggap tidak mendidik,'nggambreng dan ecek-ecek ' menurut kritikus media, atau KPPI, dan kelompok lainnya. Acara tersebut akan makin diperpanjang masa tayangnya. Kalau perlu semua Production House membuat acara sejenis, begitu tutur Media Planning Group Head Mediate, Sumardjo.

Memang sih, ungkapnya, masih ada parameter lain selain rating tinggi suatu
program tv. Pemasang iklan, sambungnya, juga mempertimbangkan hubungan antara program tv, usia dan jenis kelamin pemirsa, dan produk iklan yang akan dipasang. Tapi muara atau acuan utama para pemasang iklan adalah rating. General Manager Sun TV/MNC Group, Muntohar menyetujui pendapat tersebut. Dia menambahkan,bisa saja rating tersebut diabaikan atau tidak dijadikan acuan bagi para pengelola stasiun tv. Namun darimana TV bisa membiayai operasionalnya? Nah loh. Jadi? Yups. Hasil survey AGB Nielsen adalah sesuatu yang sangat penting artinya bagi stasiun TV, Production House dan Pemasang Iklan.

Atau dengan kata lain,
Rating merupakan parameter penting bagi hidup matinya pertelevisian. Karenanya, menurut profesor komunikasi dari Universitas Pajajaran, tidak bijaksana jika stasiun tv dan lembaga survey seperti AGB Nielsen dipojokkan atas penanyangan acara tv yang dinilai tidak bermutu dan publikasi rating tinggi pada acara-acara yang dianggap sebagian masyarakat tidak berkualitas. "Masyarakat salah juga. Kenapa acara yang tidak bermutu malahan dipilih untuk ditonton.

Acara keagamaan apapun di stasiun tv manapun
ratingnya pasti rendah. Sedangkan acara infotainment dan sinetron ratingnya malah tinggi.''ungkapnya. "Itulah kenapa Berita Tamara Geraldine Potong Rambut mengalahkan Rating Berita Lainnya" Ya, inilah potret masyarakat pemirsa tv kita. Potret yang menegaskan bahwa banyak hal yang sebenarnya tidak bermutu atau bermanfaat bagi dirinya. Tapi toh lebih disukai daripada sesuatu yang bisa men-tutorial mereka ke arah kualitas hidup yang lebih baik.

Tak heran pula, bila didunia politik seperti dalam pilkada ataupun pemilu
ternyata tokoh yang menang bukan orang yang tepat. Tapi lebih karena alasan tokoh tersebut lebih banyak mendulang suara. Jadi, bersiap-siaplah untuk kecewa. Vox populi Vox ovo. Karena yang penting mereka ber 'rating tinggi' dalam pemilu. Begitu gurauan saya dengan teman jurnalis sepulang dari diskusi yang berdurasi hampir 3 jam tersebut.


3 comments:

Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 said...

tumben nih ngga ada yang komentar :D

646-588 said...

It is really an informative post. I have liked the way you have written this. Thanks.

JN0-342 dumps said...

It's true bahwa ketika dunia politik seperti pada voting ternyata pilkada atau fakta-fakta yang menarik adalah bukan manusia yang akurat.

Post a Comment