About me

Blog

25 February 2008

Business: PRINSIP BISNIS MARIMAS GROUP

“Saya Tidak Akan Pernah Mentolerir Adanya Kekerasan Fisik”
Haryanto Halim (42),Owner Marimas Grup

Sebenarnya, kata dia, masih banyak cara untuk menyelesaikan segala macam permasalahan dengan musyawarah, lobi, atau yang lain jangan asal melakukan kekerasan. fisik.

Disiplin semacam itu perlu dilakukan di perusahaannya sebagai upaya untuk melindungi semua karyawan, apalagi, imbuhnya, lebih banyak karyawan perempuan ketimbang laki-laki.


Haryanto menginginkan suasana kerja yang kondusif, tidak hanya di bagian produksi melainkan juga di manajemen perusahaannya. Dia berharap usaha yang telah dirintisnya sejak 1995 lalu bisa terus berkembang. Dengan begitu, karyawan akan bisa tetap mendapatkan penghasilan yang layak.

Untuk menambah wawasan dan ketrampilan karyawan, pihak perusahaan juga sering mengadakan training ataupun seminar. Selain itu setiap tahun juga disediakan beasiswa bagi anak-anak karyawan yang berprestasi. Hingga kini perusahaannya tidak pernah mengalami permasalahan yang serius terkait dengan karyawan, karena jalur komunikasi dan musyawarah selalu terbuka antara manajemen dengan karyawan.


Diakuinya, memang tidak mudah untuk membaca pasar, terkait kebutuhan masyarakat. Sebelum menentukan jenis usaha minuman, dulu ia sempat menekuni bisnis pengadaan snack dan penganan jenis lain. Menjadi distributor produk air minum mineralpun pernah dilakoninya. Tapi akhirnya waktu jualah yang menentukan hingga bapak tiga anak itu memilih perusahaan minuman sebagai target pasarnya. “Kita harus betul-betul cakap membaca peluang bisnis jika tidak ingin gagal, dan kebetulan juga saat ini jenis usaha saya nyambung dengan kuliah S2 yang mengambil jurusan teknologi pangan,” paparnya.

Dia merasa pada waktu itu sebagai perusahaan pioner di Indonesia yang memproduksi minuman segar. Masyarakat pun menerima dengan baik produk tersebut, terbukti kini sudah tersedia 15 varian rasa dari minuman segar yang diproduksinya. Dari sekian banyak rasa itu, yang paling digemari oleh masyarakat adalah rasa jeruk. Bahan bakunya lebih banyak dari dalam negeri, namun yang extract dan flavour harus diimport.

Untuk distribusi, dia membuat perusahaan baru dengan nama PT Ulam Tiba Halim yang mendistribusikan produk-produk PT Marimas ke berbagai pulau di Indonesia. “Distribusinya lebih banyak di pasar-pasar tradisional, meski juga tersedia di pasar modern,” kata orang yang baru saja memerankan tokoh Cheng Hoo pada Kethoprak Canda di Gubernuran belum lama ini.

Memilih jenis usaha, ungkapnya, seseorang harus memahami besar karateristik masyarakat/konsumen. Ia bercerita, pada tahun 2000-an ada perusahaan multinasional yang berspekulasi membuat nasi instan dan akhirnya gagal total. Indonesia terkenal sebagai negara agraris, dan makanan pokoknya adalah nasi beras. Tentunya masyarakat juga sudah mempunyai peralatan untuk memasak nasi hingga matang. “Lha kok ada konsep nasi instan di mana orang harus memasaknya dulu sebelum dimakan. Dan setelah matang, rasa nasi malah seperti aking. ‘’Tentu saja orang akhirnya enggan mengonsumsinya.’’


1 comments:

HP0-A01 braindumps said...

I believe an intimate (victim's) awareness of the destructive nature of hate is why the overwhelming majority of Americans who fought for equal rights (for all Americans) were Black. I want everyone to think very carefully about this: Retribution would have been a race war. Dr. King was absolute in his dedication to nonviolent protests!

Post a Comment