
Bahkan Oktober lalu, Saat kunjungan ke China, Sukawi Sutarip, menawarkan Klenteng tersebut kepada masyarakat Nanning-China sebagai objek wisata penelusuran sejarah China di Jawa.
Namun, sejak bulan Nopember lalu, masyarakat umum tidak bisa memasuki areal dalam Klenteng Sam Poo Kong lagi Masyarakat harus puas melihat-lihat dari luar pembatas yang terbuat dari besi jeruji merah setinggi satu meter lebih.
Lihat saja wajah kesal bercampur marah rombongan darmawisata ibu-ibu dari lampung yang mencarter 2 buah bus besar, akhir Nopember kemarin Kepada penjaga mereka sempat mengumpat. Karena mereka tidak diijinkan memasuki ruang dalam kelenteng.
Padahal saat itu sedang tidak ada acara persembahyangan khusus didalamnya. Mereka kesal karena pihak Yayasan Sam Poo Kong melarang masuk rombongan yang jauh hari telah menjadawalkan kunjungan ke dalam Kelenteng tersebut.
Keputusan sepihak dari Yayasan tentu saja membuat kecewa para peziarah situs bersejarah yang telah berumur ratusan tahun tersebut Apalagi saat ini sedang ramai-ramainya orang mengisi liburan.
Sehari sebelumnya rombongan wisata sejarah dari murid-murid sekolah menengah pertama dari kota Demak mengalami kekecewaan yang sama “ Kami ingin melihat-lihat situs tempat singgah Laksamana Cheng Ho, beserta bekas goa tempat awak kapal yang dirawat karena sakit”, kata Rahmadi (37) pemandu rombongan siswa yang sekaligus guru sejarah.
Pada saat yang sama, Kok Hay (38) Warga Hongkong bersama keluarganya juga tak bisa memendam kekecewaan “Saya dulu kecil di Semarang, Ingin mengajak Istri dan keluarga saya untuk melihat altar Sam Poo Kong. “ Kami datang ke tempat ini (Klenteng-Red) karena promosi besar-besaran tentang Sam Poo Kong di negara kami, tapi ketika sampai disini tidak diijinkan melihat keindahan dalam Klenteng ini. Kami hanya diijinkan melihat dari luar halaman yang panas karena terik matahari yang menyengat.” katanya sambil menggerutu.
Hanya untuk Persembahyangan
Semarang Review, meminta konfirmasi kepada pengurus yayasan Mereka menolak komentar. “Coba Tanyakan ke Ketua yayasan saja”, kata salah satu pengurus yang menolak disebut namanya mencoba menyarankan.
“Sebenarnya kami kasihan, banyak wisatawan yang kecewa karena hanya boleh melihat klenteng dari pelataran, mereka biasanya ingin masuk ke dalam gua di Klenteng utama atau melihat Kyai Jangkar dan relief tentang perjalanan Cheng Ho”, tutur petugas keamanan yang sudah 7 tahun bekerja di Klenteng.
“Ya, kami-kami ini yang terkena damprat pengunjung”, keluh seorang petugas keamanan lain yang tidak mau disebut namanya Namun dari konfirmasi yang didapat dari Priambudi yang berhasil dicegat saat mau masuk ke mobilnya mengiyakan soal kebijakan penutupan areal dalam Klenteng tersebut. “Dulu memang tempat ini dibuka untuk umum, akan tetapi ditutupnya Klenteng ini adalah hak Kami, karena Sam Poo Kong adalah milik Yayasan bukan milik Pemerintah".tandas Priambudi, Ketua Yayasan saat ditanya, apakah penutupan ini telah diketahu pihak Pemerintah.
“Semua biaya perawatan kuil ini ditanggung yayasan, tidak ada bantuan dari pemerintah,” lanjut pria berusia diatas 70 tahunan "Apalagi banyak pernak pernik dalam klenteng ini yang hilang dicuri. Lantainya jadi kotor. Kami tidak mungkin menambah biaya perawatan yang begitu besar. Oleh sebab itu hanya yang ingin berdoa saja yang boleh masuk. Kita tidak mungkin menarik biaya tiket, takut kere-kere dan gembel tidak bisah mau menaggung beban operasional?” tambahnya. (Lihat box, untuk wawancara lengkap dengan Ketua Yayasan).
salahkan Pengelola, ini kan tempat Ibadah dan Sam Poo Kong adalah milik Yayasan bukan milik pemerintah” tambah Bambang, memperhalus pernyataan Budi. Namun ketika ditanya kenapa wisatawan luar kota yang kemarin mengajukan ijin ke yayasan tetap tidak diperbolehkan masuk, Bambang hanya diam saja. Tak memberi jawaban yang tegas.
Tentu saja keputusan pihak yayasan tersebut banyak disayangkan। Apalagi masyarakat banyak yang tidak mengetahui penutupan areal dalam Klenteng untuk umum. Ironis memang. Disaat kampanye wisata dari pemerintah digalakkan. Justru terjadi tindakan penutupan sepihak oleh yayasan pengelola situs sejarah dan obyek wisata malah terjadi.
1 comments:
Posting yang menarik untuk dibaca. I am totally agree with you bahwa hidup dari Sam Poo Kong dan Kota Semarang hampir tidak dapat dibagi. Yang juga benar bahwa tidak mengherankan kelenteng. Terima kasih.
Post a Comment