About me

Blog

24 April 2012

Black Hawk, Frank Fosdahl, Yasraf Amir Piliang, Wayang, Sunan Kalijogo, Filsafat, Sains dan Paradoks Pemimpin Negeri Kita

Art. Sering dipadankan dengan seni. Terlepas dari transliterasi tersebut, benarkah seni menjadi begitu penting dalam kehidupan seseorang?

Dalam paradigma Barat, seni berarti pertarungan antara iman Kristiani /Yahudi dan paradigma filsafat Yunani, begitu pendapat Frank Fosdhal, warga asing pertama peraih Magister dari ISI Yogyakarta dalam sebuah seminar internasional tentang peneguhan seni dalam kerangka ilmu pengetahuan, beberapa tahun silam.

Sedangkan seni di Indonesia, khususnya Jawa - masih menurutnya- adalah hasil perkawinan unsur filsafat Jawa kuno, Hindu dan Islam. Itu sebabnya orang Indonesia, khususnya Jawa, lebih memandang seni sebagai sebuah manivesto kehidupan. Lebih menekankan seni sebagai essence of art atau substansi seni bagi kehidupan. Jika Barat membawa pikiran seni sebagai knowledge atau ilmu pengetahuan. Indonesia, khususunya Jawa memilih mentransformasikan seni sebagai bagian dari kehidupan itu sendiri.

Karenanya, seni menjadi media pengajaran keluhuran hidup dan kesantunan dan pengendalian emosionalitas. Makin tinggi penguasaan emosional seseorang makin tinggi tingkat keilmuan dan wisdomnya.
Perhatikan saja, tarian tokoh Arjuna yang mengalir tenang seperti gerak air. Sementara Cakil lebih emosional dan bahkan selalu menghunus keris. Tapi lihat kesudahannya. Cakil terbunuh oleh Arjuna sebagaimana Kala Merica yang emosional terbunuh oleh Rama.

*****
Tak heran bila Amir Yasraf Piliang, orang Indonesia pertama yg mengkaji soal teori Postmodern mengungkap bahwa dalam beberapa kasus, proses penemuan sains malah menggunakan proses kreatif seni. Penemuan teknologi parasut yang meniru binatang reptil terbang, pesawat terbang multi arah yang ternyata terilhami oleh cara kerja binatang tertentu. Konstruksi jembatan sosrobahu yang terilhami kerja mekanis bahu manusia. Tak membuat berlebihan pemahaman bahwa riset yang dilakukan pekerja sains mirip dengan cara pencarian inspirasi dalam proses kerja kreatif .

****


Yasraf seperti menjadi peneguh pandangan bahwa Seni merupakan find away to make a living
Namun terlepas dari teorema soal seni, kebudayaan dan transformasi sosial itu semua. Rasanya menarik memperhatikan kerja seni yang dilakukan seorang anak bupati di tanah Jawa era keruntuhan Majapahit. Kepiawaiannya dalam pengadaptasian media wayang sebagai media penyampai pesan moral dan filsafat hidup. Dan penambahan aroma ritmik sekaligus sunyi dalam musik karawitan dalam pengiring goro-goro dan pertempuran. Serta penambahan nafas suluk dalam setiap tembang yang dinyanyikannya. Melengkapi kerja kreatifnya dalam menyusun narasi cerita dan penambahan tokoh.

Maka kita jadi tahu bahwa dalam kitab Mahabarata sendiri tak ada sebutan nama seperti Janoko (jw, berasal dari leksikon arab Jannaka alias Surga, simbol ultimasi dari keinginan semua tokoh pewayangan). Semar yang berasal dari sammirun alias sang pendengar yang bijak. Begitu juga dengan Petruk yang berasal dari kata Fatruka dst.

*****
Tiba-tiba saja seperti terdengar syair "ilir-ilir" sang Raden yang kemudian dikenali sebagai Sunan Kalijogo nglangut pelan-pelan. "Cah angon/Cah angon penekno blimbing kuwi/Lunyu-lunyu penekno/Kanggo masuh dodotiro." Wahai penggembala/Ambilkan buah belimbing/Meski jalan untuk memanjatnya sangat licin/Tetap saja ambilkan/Agar bisa membasuh (isi) dada yang kotor..."

*****
Rasanya kita butuh banyak penggembala yang ikhlas menyuarakan kebenaran. Untuk mengusap dada pemimpin negeri. Agar menjadi bersih. Agar tak lagi berlogika membicarakan kebijakan pengentasan kemiskinan di hotel berbintang. Mengkhotbahkan soal moral sambil merangkul ladies escort di kelap malam. Menyeru penghematan sambil menghamburkan uang di sudut pertokoan berkelas saat kunjungan ke luar negri. Dan berapi-api memompakan semangat kemandirian sambil melego aset dan kekayaan pertiwi melalui makelar penjualan BUMN di Singapore. Meneriakkan pemberantasan korupsi sambil menyembunyikan Besan dan kawan se-Partainya di kantong kekuasaan.Dan Menunjuk hidung bawahan yang mengantuk saat berpidato karena dianggap abai dengan kata-katanya, tetapi menyumpal kuping sendiri dengan earphone saat teriakan rakyatnya yang lapar, dan lolongan kepedihan korban pekerja ter-PHK mulai mendekati istana kekuasaanya. Duh..

*****



62 comments:

utchanovsky said...

Nambahin paragraf terakhir, berkaitan mengenai habit orang2 tersebut:

Biasanya ngomong agama banyak dan rajin mengutip ayat2 kitab suci. Sering ajin umrah bareng ustad2 artis. Tapi gak bisa makan kalau bukan di tempat francise2 luar, dan malamnya gak seru kalo gak dijedug2in pake speaker gede

Gak mikir life after death kayaknya

Masenchipz said...

budaya memang paling cepet nyatu buat adaptasi ya om?

richard™ said...

Everything is politic, but politic isn't everything. and i like NIKE*
___________
*just do it

NB: bingung sama Fashdal yang mengatakan:
"...Kristen/Yahudi..."?

gus said...

For Suhu Richard: Kristen/Yahudi di Barat. Foshdal menempatkan iman kristen dan iman yahudi dalam satu bangku. menghadapi filsafat yunani yg berada di bangku yang lain. yunani yang memuja pikiran dan logika kerap berbenturan dengan dua keimanan tersebut. begitu sebaliknya.

Lambat laun kekuasaan gereja scr tak sadar mulai diamputasi oleh oleh pemuja logika yg nerakar dr yunani. terjadi sekularisasi: antara kekuasaan gereja, synagoge dengan kehidupan sehari2. disinilah sejarah sekularisme dimulai. dst...

I Ketut Riasmaja said...

Saya komen lagu ilir-ilir aja ah..

"Wahai penggembala. ambilkan buah belimbing. meski jalan untuk memanjatnya sangat licin. Tetap saja ambilkan. agar bisa dipakai untuk membersihkan dada yang kotor)..."

Kalau tidak salah, ini adalah perintah melaksanakan sholat yang dikemas dalam sebuah langgam.. pada waktu itu disampaikan oleh seorang wali kepada murid2nya.. *mohom maaf bila saya salah..*

Wahai penggembala = wahai para murid2ku
ambilkan buah belimbing = laksanakanlha sholat 5 waktu (belimbing memiliki 5 sisi yang melambangkan sholat 5 waktu)
meski jalan untuk memanjatnya sangat licin = bagaimanapun kondisi yang dihadapi
Tetap saja ambilkan = tetap teggakkan sholat
agar bisa dipakai untuk membersihkan dada yang kotor = untuk membersihkan hati, menenangkan hati.

He.he.he.. gitu aja kang.. mohon dikoreksi bila saya salah..

wendra wijaya said...

Wuih.. mantep banget postingannya..

"Kita butuh banyak penggembala yang ikhlas menyuarakan kebenaran"..

Tapi kalo pemimpin menyumpal kuping sendiri dengan earphone saat teriakan rakyatnya yang lapar dan lolongan kepedihan korban pekerja ter-PHK mulai mendekati istana kekuasaanya seperti yang guru tulis itu, apakah suara-suara itu masih bisa didengar walaupun banyak penggembala yang menyuarakannya?

Indonesia, oh.. Indonesia..

oeoes bukan ustadz said...

wah kang mantaf ni postnya, aku aja bingung mau komentar apa...!!komentar teman-teman juga pada bagus.
aku nunggu tanggapan dari kang gus aja mengenai komentar dari kang riasmaja, aku pernah dengar juga sih mirip2 yang riasmaja komentarin, tapi nunggu kang gus aja ah, sapah tahu salah.

Ridho said...

Budaya di Indonesia sangat banyak, salah satunya yang udah mas sebutin, kalo yg belum disebutin sih masih banyak. Semoga budaya² itu gak luput di makan zaman, dan gak di hak patenkan oleh negara tetangga.

Fajar Indra said...

what should I say? pada faktanya memang pemimpin di republik ini seperti itu.

There's a will, there's a way. Begitulah sebuah pepatah yang bisa berubah dengan kultur Indonesia menjadi,

There's a way, there's a will

Birokrasi pemerintahan memang sudah selayaknya dibenahi, berikut dengan karakter aktor utamannya

subagya said...

Namanya juga Indonesia om gus..... ya harap di maklumilah kita di negaeri yang kaya akan kemunafikan... kebohongan... ketidakpastian....

gus said...

Pemaknaan sifat-bentuk belimbing yang selalu berkuping lima. memang bisa dimaknai sebagai sholat. Atau rukun islam yang berjumlah 5 (lima).

Begini argumentasinya: Inti shalat adalah " tanha 'ani alfahsaa'i wa al munkar.." jadi (harus) bisa membersihkan pelakunya (mushollin) dari perbuatan yang kejahatan perdefinisi agama dan kejam baik secara individual maupun sosial. Jadi sholat lebih mengacu kearah perbaikan keperbuatan. Bukan ke hati. Sedangkan membersihkan harta itu dilunasi dengan cara membayar zakat. Sedangkan puasa untuk penghayatan kesalehan sosial. Haji untuk kesetaraan derajat. Jadi penisbatan belimbing dengan rukun islam bukan kemutlakan.

Sedangkan untuk membersihkan 'apa yang ada didalam dada' sebagai makna kognitif dari sumber kebaikan. Lebih mengacu pada tadzkiya an nafs alias seluruh inti dari nilai mulia islam. Jadi pemaknaan dada disini lebih bersifat multi-tafsir.
---------
Menurut saya penelusurannya bisa dimulai cara Sunan Kalijogo memberi pengertian tentang Kalimat syahadat dalam lakon 'Jimat Kalimosodho' di pewayangan. (semoga bisa sy posting utk edisi kedepan).
-------
Penggembala, tidak selalu dimaknai sbg murid. karena hampir semua nabi pernah menjalani hidup sebagai penggembala ternak.

Konon, iklim padang savana memang bisa membentuk pribadi yang tangguh. Disamping penggembala selalu bergerak mencari lahan subur baru untuk makanan piaraannya. Sejenis dengan nomaden.

Jadi penggembala bisa dimaknai dengan penyampai pesan alias Messenger. Karena sifatnya yg memiliki mobilitas tinggi. Semacam pengelana yang membawa pesan. Atau da'iyan - du'at - dalam leksikon arab.

Dalam kitab Klasik Ta'limu Ta'alim (Etik belajar mengajar) dan Shubul as Salam (Jalan Selamat) juga disebut tentang etika penyampaian dakwah tersebut.

Buku 'Khilafah wal Mulkiyah' tulisan Prof (Syeikh) Abul A'la alMaududy yang juga pendiri Partai Da'wah Jama'at al Islamy di Pakistan, menyebut:
Abudzar al Ghiffari sebagai salah satu tokoh Messenger terkonsisten dalam metode penyampaiannya. Pekerjaanya yang selalu memberi kritikan dan pengingat kepada penguasa yang abai terhadap kewajibannya sebagai kepala pemerintahan membuat dia selalu diasingkan.

Tapi, inilah satu2nya orang yang diberi gelar oleh sang Nabi sebagai" orang yang akan mati sendirian ditengah sepi namun lidahnya masih mempertahankan kebenaran "

Saya kira itu yang saya maksudkan dalam posting diatas. Kita sedang membutuhkan tokoh sejenis Abudzar yang lebih banyak untuk menghadapi kompleksitas penyakit pemimpin nasional yang makin akut.
Suwun.

eeda said...

It will take a lot of effort to do that. The question is, who's willing to do that? you? me? or us?

Blogger yang selalu TELAT beri komentar, itulah saia said...

walahh..telat terus..telat terus...br tahu dr google reader saia..

tapi sepertinya yg "pesawat terbang" ntuh pernah baca..dimana yah..iya..di tempatnya mbak eeda klo ga salah..bener ga nie kang gus..??

ato saia yang salah yah..hehehe..

cara menulis kang gus juga seni..heee..enak mbacanya kang..mantebb pisan euyyyy..

gus said...

For Kang Addict: hu uh Kang. kebetulan sy janjian liputan bareng untuk ditulis pada sebuah Koran. Straigt news-nya diposting
http://eedajourney.blogspot.com edisi inspiringnya sy yang nulis. makanya dibawah postingan sy cantumin link-nya mba eeda

mantan kyai said...

saya pastikan saya bakalan betah disini. menyenangkan membaca tulisan sampean :D

richard™ said...

saya searching buku foshdal terkait tulisan diatas itu, namun ndak ketemu. nampaknya hasil wawancara saja ya gus? karna saya hanya dapatkan versi surat kabar jawa-tengah nya saja. kalau ada bukunya, refrensikan saya gus, supaya dapat mencerna maksudnya secara kontekstual. kenapa saya berkutat soal pernyataan foshdal itu?

begini, saya pernah bekerja di salah satu perusahaan forex yang punya nama lah di dunia. dan dalam forex, ada tiga analisis yang dikembangkan untuk membaca ritme pasar guna mendapatkan gain, yaitu teknikal analisis, psikologi analisi, dan fundamental analisis. fungsinya, mencerap gejolak yang terjadi di suatu negara hingga dunia, karna berpengaruh pada up/down pasar forex.

pertanyaannya, bukankah forex berkaitan erat dengan moneter? bukankah moneter hal penting dalam derap langkah suatu negara? siapa yang bertahta di forex market dunia? siapa yang goyang dunia, asia dan negri ini ditahun 1997? dan siapa yang buat kita kesengsem sama obama, lalu akhirnya mules lihat obama? guncangan memang, dan terkait gain!

dan menurut saya, salah satu goncangan yang paling maknyus di negri ini adalah melalui konflik agama (see. Maluku, Poso, dan sejarah kita). kenapa kita jadi target operasi yang penting? ya karna kita super kaya (bukan hanya sebatas kaya loh)! bukankah demikian? dan tak ada cara yang lebih ampuh menguasai indonesia, selain membuat masyarakatnya melupakan bhineka tunggal ika. itu sebabnya saya mempertanyakan foshdal.

untuk itu, biarkan saya melakukan klarifikasi atas kristen dan yahudi itu. karna menurut saya, yahudi menolak mentah-mentah kekristenan itu sendiri, terutama dalam konsep mesias. dan itu berlangsung sampai saat ini (bnd. synagoge dengan "gereja mula-mula" yang jelas bersebrangan). makanya kebanyakan orang salah kaprah saat mengatakan kristen itu yahudi. lah wong yahudinya saja jijay bin najis sama kristen kok. nah lo?
makanya saya berbahagia, jika gereja kembali ke konsep "jemaat mula-mula" di era "yunani" (tanda kutip) itu. itu kemajuan kok, bukan kemuduran. why? karena swing gereja kembali ke pola semula, dimana konsepnya gereja bukan gedung, bukan sebatas hari minggu, dan bukan terpecah-pecah dalam dalam berbagai denominasi seperti saat ini. sekularisasikah? tentu tidak, karena sesungguhnya gereja turut mewarnai dunia, bukan justru memasukkan dunia ke dalam gedung gereja yang megah sekaligus ekslusif itu. why? karna jemaat mula-mula terfokus pada keseimbangan spiritual, fisik, mental dan sosial, bukan legalistik ala yahudi (bnd.synagoge).

kenapa saya panjang lebar membahas ini? jika mengangkat masalah negri ini, masalahnya sederhana kok. apa? kita tidak meresapi bhineka tunggal ika. jadi, siapapun orang bener di negri ini, selama kita belum punya hasrat memperbaiki bhineka tunggal ika, ya tetap saja akan terus kecewa dan kecewa. lalu kenapa tak merubah paradigma, bahwa kitalah orang utama di negri ini. bukankah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat memperteguhnya? lalu kenapa masih berharap sama 1, 2, 3 orang yang memimpin? mari yang bernama rakyat, kita belajar kembali konsep *walau saya tak begitu suka dengannya* bung karno, dimana kita perlu berdiri diatas kaki sendiri untuk membangun negri ini.

dimulai darimana? jangan ada curiga diantara kita. bukankah kristen sebagai yahudi merupakan pemicunya? kita perlu bersatu jika ingin berdiri diatas kaki sendiri, makanya telah dinyatakan: "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". dan siapapun, baik islam, kristen, hindu, budha atau siapa saja di negri ini yang menganggu bhineka tunggal ika walau dengan membonceng nilai-nilai surga yang dibawanya, maka saya hanya bisa tertawa cengengesan sambil berkata: "disawer berapa untuk buat buat moneter geal-geol"? Mari gotong royong dengan dimulai membangun rasa saling percaya diantara kita, karena negri ini punya kita yang bernama rakyat.

yaqon said...

arts is totality, masuk pada dunia seni berarti kita ingin polos, dengan mengimami nurani kita

richard™ said...

maaf nongol lagi. kalau ada waktu, coba semua baca buku ini juga "The Shock Doctrine; The Rise of Disaster Capitalism" karangan wartawati Kanada, Naomi Klein, yang diterbitkan Penguin Books, London, Inggris. Reviewnya ada di :
http://www.antara.co.id/arc/2008/8/6/cara-kapitalis-merampas-negara/

astrid savitri said...

saya juga merasakan ketertarikan luar biasa saat pertama kali mengerti bhw beberapa tembang jawa (yg tadinya sy kira cuma lagu anak2) ternyata penuh pesan religius, dan bahkan ada yg disarikan dari Al-Quran. Saat menonton pertunjukan tari di Kraton pun saya belajar banyak ttg nilai-nilai keagamaannya.

Ttg pemimpin, saya kira kita agak susah bwt mengharapkan pemimpin yg bermutu utk masa sekarang, sebab pemimpin hanyalah cerminan dari masyarakatnya.

Good post, gus!

Eucalyptus said...

Memang tembang2 itu indah ya kalau diartikan, apalagi kalau diambil dari ayat2 suci Al-Qur'an.. biar gimanapun seni itu adalah budaya yang perlu dijaga kelestariannya

Azwar said...

seperti lagunya Slank tentang pemerintahan yang banyak korupsi (ledies escort paragraf terakhir) kalau rakyat tidak butuh warna lipstik pejabat pemerintahan tapi yang di butuhkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik

utti said...

s'pertinya susah yah mas m'cari penggembala yang ikhlas menyuarakan kebenaran,kbanyakan mreka pd b'suara karena dpt imbalan,matahatinya duit,fulus&dollar,ah itu mah sm aja yah mas? :D

Yusa Indera said...

Wah tulisan nya dalam banget nih mas tentang seninya..memadukan seni Ind sama filsafat ya mas..

richard™ said...

pengetahuan yang benar memang membawa pada pemahaman yang benar, hingga menghasilkan pengalaman yang benar guna terciptanya indonesia yang benar sekaligus benar-benar indonesia.

kerukunan antar umat beragama memang bukan kerukunan beragama, dan demikian halnya dengan kerukunan antar hal plural lainnya. karna seni mewarnai jelas bukan sebatas poto kopi, kopi susu, apalagi susu fermentasi. :P

disanalah nyeni ala kita yang mak'nyus itu dinikmati. bukan sebatas ngekor, nyontek, atau dikibulin hingga disihir jagoan neon yang ngumpet kayak udang dibalik bakwan dengan sejuta satu kepentingannya.

nyeni memang... dimana penggembala tercipta, dibandingkan sekedar menjadi domba-domba.

suwun mauliate nuhun etcetera untuk suhu gus \m/

nita said...

kalo gitu mari jadi gembala yg baik di linkungan sekeliling & keluarga inti. kakak menggembala adik ke jalan yg benar, ortu menggembala anak ke jalan yg benar

jalooe said...

slalu saja tulisan suhu gus ini enak di baca dan merangsang untuk di cerna perkata.. beruntung sy punya guru seperti suhu gus ini..

Panda said...

Pak, anak bupati itu bernama siapa ? kebetulan saya juga tertarik belajar seni di Indonesia ( Jawa, hindu, Islam )

afwan auliyar said...

memang itulah seni yang ada di indonesia....

justru itulah yang mjd ciri bangsa kita

Abi Bakar said...

Seni dan SBY, sebuah prolog dari artikel bermuatan satir yang tajam langsung menembus kejantung pihak yang di kritik di bagian appendix,...nice finishing touch suhu.

Abi Bakar said...

Seni dan SBY, memakai seni sebagai prolog dari artikel bermuatan satir yang tajam langsung menembus kejantung pihak yang di kritik di bagian appendix,...nice finishing touch suhu.

gus said...

For Suhu Richard: Saya setuju dengan pendapat Njenengan. Pandangan Fosdahl mengandung banyak kelemahan soal penempatan Kristen dan yahudi dalam satu bangku. Tetapi karena saya dan mba Eeda diundang dalam Seminar Internasional tentang Peneguhan Seni dalam perspektif Sains di Unnes Semarang hanya dalam rangka untuk menyorot Seni.

Saya tertarik menulis tentang Foshdal karena dia menolak konsep itu. Dia lebih mengajukan essence of art itu sendiri.

--------
soal iman kristiani. iman yahudi saya setuju dgn analisis Suhu Richard. Dari akar sejarahnya-pun yahudi sudah hoby banget melakukan pelukaan terhadap kemesiasan Isa. menyekapnya di gua. menganiaya pengikutnya, dst. Nasib yang sama dialami Islam. diteror diawal hijrahnya. dihadang perdaganngannya. bahkan bebrapa kali komunitasnya diserang dimalam gulita.

Dokumen jalan damai yang ditandatangani dalam "Piagam Madinah" juga dikhianatinya.
------
Sebenarnya, Yahudi sendiri bersandar pada kata hudaan-yahudaan-yahudy. semakna dengan orang yg mendapat hidayah atau org2 yang ter-enlighment oleh ajaran Musa (Moses). Kitab Suci Al Quran juga menggunakan istilah itu. Sementara untuk Pengikut ajaran nabi Isa as. (dimana iman kristen menyebut sebagai Jesus) Al Quran menyebut sebagai Nashara, atau nashrani yang artinya Orang2 yang menolong, atau kelompok penolong yang mengikuti Isa as..

Namun sejarah mereka selalu berbicara lain. Catatan Islam cukup lengkap soal hal ini. Saya kira Kang Mantan kyai yang berlink http://blog.ardyansah.com/ bisa membantu mbongkar gudang buku klasiknya tentang hal ini.
---------
Saya juga jadi heran dengan logika Ben Guiron dan petinggi gerakan bawah tanah zionisme saat itu. Wong yang membunuh mereka adalah Hitler yang jelas2 jerman kok sekarang yang disiksa orang islam di palestina. Tapi saya bisa nemu jawabannya soal ini kok mas Richards. jadi skrg sudah tidak heran lagi.

Tapi yang masih belum bisa jawab adalah soal "teori genosida hitler' itu yang seolah seperti nya melebihi firman Tuhan yang mereka yakini sendiri. gak boleh satupun dibantah.
---------
Saya suka tertawa sendiri kalau pas meliput pegiat LSM yang berjualan demokrasi di Indonesia. Kok demokrasi jadi semacam kitab suci baru. Memuji AS dan Eropa sebagai kampium Demokrasi. Sambil mencela kultur lokal. sambil menutup mata bahwa dihalaman belakang Eropa diktatorisme Nato masih dipelihara di Bosnia, dan Montenegro. dan yang terbaru Georgia

Juga keculasan pemerintah dukungan AS dipalestina: yang menolak Hamas sebagai pemenang Pemilu dan pemegang pemerintah disetiap rundingan internasional yang sah hanya alasan penisbatan Hamas sebagai teroris. Aneh, Zionis yang Ngabisin 4 kota. membunuhi penduduk sipil muslim di Gaza, West Bank, Sabra, Shatilla sejak tahun 1948, 1962, sampai saat ini. kok malah disebut kawan demokrasi.

Belum lagi soal dalam negerinya: penjual demokrasi menutup telinga soal nenek moyang Demokrasinya, Amerika, yang ternyata masih sensitif terhadap isu presiden Obama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang berasal dari keluarga sambung Islam. Bahkan bukankah As baru memiliki presiden Katolik cuman 2 biji sepanjang sejarahnya? Apalagi presiden dari minoritas islam.

"Halaaah Indonesia kok diajari demokrasi mas..mas...Mbok biarin orng bikin partai Berasas Islam atau berasas Katolik atau Protestan. Yang penting jangan berazas seperti pikiran Sampeyan " begitu seloroh saya saat mereka gelagepan dengan pertanyaan saya tentang demokrasi
-----

For Kang Panda: Raden mas Said, alias Sunan Kalijogo. Peninggalannya masih terpelihara keluarga keturunanya. dimakamkan di Kadilangu, Demak. Jawa Tengah

------
For Suhu Yang Sgt Saya Kagumi,Abi Bakar:
Rasanya saya belajar dari Suhu Abi deh soal penulisan dgn gaya seperti ini. Suwun atas ilmu menulisnya

Ani said...

Kereeeen postingannya !

Sinopi said...

ya ampun.. endingnya itu lho..
menohok & menampar banget..

*OOT:
duh, sori ya udah bikin sedih karna inget ayahnya..
turut berdo'a semoga ayahnya mendapat tempat yg indah di sisi Allah swt..

SHALEH said...

Seni memang keren asal bukan seni menipu
hehe

Eucalyptus said...

Gus yang bukan anonymous, makasih banyak atas pencerahan di postingan ulang tahunku. Semoga kualitas hidup saya bisa meningkat ya... amin ya robbal alamin

JoVie said...

Tokoh yang diciptakan oleh si anak bupati yang bernama Raden Mas Said itu sebenarnya bernama Janoko (jw) berasal dari leksikon arab Jannaka alias Surga, simbol ultimasi dari keinginan semua tokoh pewayangan. Begitu juga Semar yang berasal dari sammirun alias sang pendengar yang bijak. Begitu juga dengan Petruk yang berasal dari kata Fatruka dst?
=====================================
Wah..Jovie malah baru tahu nih....
Thank's banget Kang Gus...mau saya Bookmark dulu...

aha said...

mo koment apa ya? bingung..karena aku kg menguasai nya... tapi bacaan yang mencerahkan walaupun kadang2 di apresiasikan (di artikan) berbeda2..

cumie said...

wah segar baca postingannya, negeri tercinta ini dilupakan orang-orang yang dulu berniat memperjuangkannya.. Seni dalam diri mereka yang sebenarnya juga makan untuk hidup, begitu dah makanannya enak hidupnya enak, lalu berubah hidup untuk makan.
lebih patut untuk disegani adalah mengungkapkan sebuah keganjalan negeri ini, bravo blogger!

Mama Shasa Shahira said...

Indonesia.. tempat lahir beta.. (lho kok jd nyanyi ya..) hihhi.. calon besan emang TOP deh kalo udah posting...

Permana Jayanta said...

Wah, saya baru tau petruk berasal dari kata fatruka ... trus paragraf terakhirnya mantap ... inspiring ..

arielz said...

wuihh, speechlesss, posting hebat, komentatornya juga hebat2

belon level saya untuk komen secara serius di artikel ini, masih belon sanggup, sebatas menikmati keindahan rangkaian kata2 di posting ini ajah :D

very inspiring posting kang,
ak langsung bookmark blog ini

Harry Seenthings said...

aduh maaf nih, sekarang bru aku tahu apa maksud dan tujuan do follow itu...dari temanku Jovie, tapi mungkin aku terlambat...tapi mulai hari ini aku dah ngerti deh....mak acih semuanya

tyas said...

waaah, adekku mulai jadi filsuf yaaa...
baru tau ternyata lagu lir ilir punya makna yg dalem....

mumpung gede rembulane..
mumpung jembar kalangane..

yok masing2 pada jadi cah angon, minimal utk diri sendiri..
makin lama bisa meluas jadi cah angon utk lingkungan dan negara kita...

ipanks said...

wah pembahasannya dalam banget, masih belum sampai sana ilmu saya.posting yang menarik sekali om.makasih

jarwadi said...

art memang merupakan dimensi dimana manusia bisa meletakan sesuatu degan cara mereka sendiri

[salah ya ...]

Terima kasih atas pencerahanya

Jenny Oetomo said...

Memang dalam pengajaran islam di Jawa banyak menggunakan sanepo (symbol symbol) apakah hal tersebut karena untuk mempermudah pengajarannya hanya saja yang diperlukan sekarang adalah purifikasi (pemurniannya)sedikit demi sedikit, salam

masarif said...

postingan ini sengaja saya juntai dan nikmati. Lumayan lama. Posting dan komentarnya top. Gak berani komentar, lom ckp ngelmu! Cuma berani mendukung Jenny Oetomo diatas dalam hal purifikasi..
Keep maju poko'e

gus said...

For Mba Jenny dan ustadz masarif:Jawa,merupakan wilayah budaya yang menarik. budaya dengan membran pertahanan yang kenyal namun sulit ditembus.

Hindu masuk jawa, menjadi Hindu jawa yg berbeda karakteristiknya dgn Hindu berasal. Budha mengalami hal yang sama. Islam juga menemukan kesulitan itu. Karenanya pada masyarakat pesisiran jawa yang memiliki tradisi perdagangan, islam lebih mudah diterima secara utuh. namun untuk masyarakat yang bertradisi agraris alias jawa bagian dalam harus melewati proses akulturasi tersebut.

Kristenpun juga sempat mengadopsi metode yang dilakukan para wali ini. Dipelopori seorang priyayi yang belakangan dikenal dengan Kyai Sadrach. meski berjuluk kyai. tetapi sejatinya adalah penginjil yang mengitari ex wilayah majapahit di daerah mojokerto -jombang sekarang. tepatnya di Wonosalam. Karenanya disana terdapat perkampungan kristiani yang sangat kental jawanya. Perkampungan yang sama juga dirintis di daerah persil Pabrik Gula Jatiroto, Lumajang. kabupaten yg menempati lereng Semeru dan gunung Bromo. Tepatnya didaerah Rowokangkung,
-------

Jadi ide purifikasi tersebut saya kira lebih tepat bila di arahkan ke sektor aqoidul Islam. atau Prisnsip2 (aqidah) islam) sementara sebagai sebuah kultur saya kira yang diperlukan adalah ijtihad budaya. maklum, kita sudah lama mandul memproduksi karya seni atau karya budaya sejak keruntuhan mataram baru. artinya sudah 400an tahun bangsa indonesia, khususnya Jawa Mandul Budaya
------------
Btw, kita ngomongin seni, larinya kok bukan saja ke budaya, tapi kok juga memutari politik, sejarah, kristologi, islamologi, kajian posmo ....walah..walah...

Nias Zalukhu said...

Hahaha itulah politik. Yang jadi korban cuma kita rakyat kecil ini. :)

Bayu Aditya said...

mau komen udah keduluan mas zalukhu.. iya bener, yg dikorbankan ya kita rakyat kecil ini :(

uNieQ said...

takjub cc baca post berikut komentarnya..jadi nambah wawasan cc niyh tentang seni dan budaya.. duhh cc jadi malu sendiri segede ini baru paham soal ini, tp lebih baik telat paham khan daripada tidak sama sekali.. makasih ya mas, udah ngasih pencerahan buat cc, juga buat yang udah koment disini.. :)

subagya said...

wah ternyata bloger indonesia suka seni dan budaya yak.... hidup mochal ( wekekekekekekek)

m2m said...

duh...baca postingan dan komen di postingan ini membuat saya merasa harus belajar banyak nih...yah...inilah negeri kita...dengan segala kebusukannya kang...

Ivana said...

pembahasan yang bagus mengenai hubungan sains dan seni

Ivana said...

pembahasan yang bagus mengenai sains dan seni

Bani "BBoy Kodok" said...

Wah ini postingan tingkat tinggi nampaknya...
pertama saya males baca, tapi karena ada Wayang nya maka saya jadi baca sampe abis...

bagus banget Kang,,,

SQ said...

Saya suka kalimatnya pak. "Makin tinggi penguasaan emosional seseorang makin tinggi tingkat keilmuan dan wisdomnya".

Namun untuk mencapai demikian tingkat2nya. Semakin tinggi semakin perlu banyak belajar dari kehidupan.

Dien said...

Bener-bener bikin terenyuh baca tulisan dan komentar para pebaca.

goresan pena said...

duh..tersentuh hati ini membacanya...
melihat sejarah, betapa besar dan tangguhnya negara kita, betapa terkagum2nya saya akan penciptaan bahasa sansekerta, dengan tata bahasa single, dualis dan plural..mirip bahasa latin. belum lagi kisah sangrama wijaya yang menggempur habis pasukan tartar...

ah, kemana kah, perginya bumi pertiwi?
akan jadi apa, kalo' pemimpinnya seperti yang ada sekarang?
tapi itulah yang terbaik dari yang terburuk. terburuk? apakah kita (aku, khususnya) termasuk yang terburuk?

salam,
hesra

enhal said...

Wah..ne artikel komplit bangeet...jangan2 belaajr ama sunan kalijaga neh..hehehe..canda pak ustadz..tapi senang membahas agama lengkap dalam persfektif apapun

yellashakti said...

seni menjadi media efektif untuk menanamkan moral dan kebaikan, karena degan seni sistim limbik otak (pusat rasa senang) menjadi terbuka, setelah terbuka apapun yang dimasukkan dalam kesenian akan membekas dalam ingatan

Nugroho said...

halo gus...
katanya ada postingan tentang semar ?

Post a Comment