About me

Blog

28 April 2012

Abu Nawas, Teori EF Soemacher dan Sebuah Harapan

Orang Baghdad, Irak mengenalnya sebagai sya'irul bilad. Lahir di kota kecil Ahvaz yang terletak di Iran. Dari ayah bersuku Arab bernama Hani al-Hakam. Anggota tentara biasa di jaman Kekhalifaan Marwan ke II dengan ibu tukang cuci kain tenun asal Persia, bernama Jalban.

Kesehariannya sederhana. Sangat sederhana, bahkan. Bajunya sering tinggal dua setel saja. Satu dicuci, satu dipakai. Konon, karena sering ia gadaikan untuk kebutuhan makan keluarganya. Urusan makan? tak usah ditanya soal standar kandungan gizinya. tentu sangat pas-pasan. Namun kesederhanaan itu tak membuatnya bermuka masam. Sebaliknya, makin ramah saja pada setiap orang yang dijumpainya jika dia sedang menahan lapar.

*****
Kisah tentang tokoh tersebutlah yang saya sampaikan di pojok masjid yang terletak di area Kantor BPK, beberapa tahun silam. Kepadanya. Kawan dekat sejak masih sama-sama kuliah di sebuah sekolah tinggi berbeasiswa di bilangan Jakarta Selatan. Kawan yang saat itu sedang mengalami banyak dilema. Banyak kerumitan.

Pilihan yang sulit baginya. Terlebih setelah keberaniannya mendokumentasikan bukti penyuapan menggunakan hidden camera menjadi penyebab dipenjarakannya seorang petinggi negara. Kesalahan terbesarnya mungkin cuma satu. Dia tinggal di negeri bernama Indonesia. Dimana keberanian dan kejujuran dalam penegakan hukum justru akan menjadikannya dinistakan rejim berkuasa.

Lembaga yang dianggapnya bisa menjadi pilihan untuk menuangkan idealismenya tak lagi mau melindungi dirinya. Kejaksaan Agung justru sibuk mencari-cari kesalahannya. Politisi tentu saja menjadikannya snowboxing statement.

Diam, lalu menemani istrinya yang berdagang baju di sebuah kios kecil di kawasan Ciputat adalah jawaban taktis yang saya berikan kepadanya. Tentu saja setelah nanti selesai menemaninya membuat surat pengunduran diri sebagai auditor bersama-sama.

*****
Lalu saya melanjutkan kisah klasik itu kepadanya. Tentu setelah dia merasa aman dari jurnalis yang sejak sebelum Jum'atan sudah mencari-carinya. karena sedang membutuhkan pernyataan resmi darinya.

Ya. Lalu mengapa Sang Pujangga bersikap aneh? Menjadi Cengengesan. Murah senyum. Ramah menyapa. Justru saat berada di titik terendah kehidupan? Banyak warga Damaskus keheranan dengan sikapnya. Maka bertanyalah salah satu warga kepadanya: "Mengapa engkau malah menjadi sering tersenyum disaat kehidupanmu susah?"

Sang Syairul Bilaad yang dikenal dengan nama Abu Nawas-pun menjawab," Karena saya tahu. Setiap kesusahan dan keterpurukan menimpaku. Berati tidak lama lagi. Setelah itu. Kebahagiaan segera menyambutku.

Seperti ketika malam sudah mencapai puncak kegelapannya. Setelahnya pasti matahari segera muncul dengan sinar keemasannya. Selalu saja begitu. Karenanya saya merasa senang. Sebab esok atau lusa kesuksesan dan kebahagiaan akan menjemputku dengan ramah".


Lalu,
sang Pujangga itu memperjelas argumentasinya. Dengan balik bertanya kepada sang penanya: "Bukankah setiap orang justru sumringah bila dia tahu bahwa sebentar lagi kebahagiaan akan menjelang. Seperti seorang laki2 yang selalu tersenyum bila besok hari dia bertemu dengan orang yang dirindukannya?".

Kawanku hanya diam. Tapi yang penting, Faa idza farogh tafanshob. Wa ilaa robbika farghab" Tapi saya tetap meneruskan kalimat yang belum selesai: "Mari. Segera selesaikan satu perkara. Termasuk keterpurukan saat ini. Dan bersegera mencari Ridla Tuhan. Sambil menunggu kepastian, bahwa sebentar lagi matahari akan muncul menemui kita.

*****
Sayangnya. Hanya singkat waktu yang saya miliki bersamanya. Apalagi beberapa wartawan nasional. Termasuk TV. Segera menghampirinya, begitu mengetahui orang yang dianggap sebagai nara sumber paling diincar tersebut sedang terlihat duduk di pojok masjid yang terdapat di komplek Kantor BPK. Apalagi kalau bukan urusan meminta statemen eklusif darinya. Tentang kasus KPU yang melibatkan tokoh-tokoh yang selama ini dianggap sebagai pendekar anti korupsi.

Segera saya menyuruhnya cuci muka. Agar kekusutnya tak terekam kamera TV.Atau terabadikan di memory card para photographer.

Saya tahu. Dia masih bersedih. Tapi saya kira dia tahu. Bahwa apa yang dikatakan sang Pujangga Kenegaraan Bani Umayyah tersebut benar adanya.

******

Ya. Apa yang saya katakan kepadanya. Atau yang disampaikan Abu Nawas yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami kepada warga kota Baghdad. Adalah cara lain untuk menyampaikan pesan: bahwa jangan pernah kita berhenti berharap. Karena kadang dinamika kehidupan itu dimulai dari adanya harapan.

Seorang ekonom penganut filsafat Gandhi-isme yang asal Jerman, E.F. Soemacher, mengatakan dengan kalimat yang lain. "Selama orang memiliki harapan. Keberhasilan selalu bisa diraih. Bukankah sebatang tanaman selalu bergerak mencari arah sinar matahari saat dia berada di lorong (yang pengap dan) sempit ?" Jadi, apa yang membuat tanaman terus-menerus bergerak? Jawabannya: " Karena tanaman selalu berharap mendapat sinar matahari untuk berfotosintesa demi kelangsungan hidupnya". Karenanya jangan berhenti berharap.





37 comments:

tyas said...

kalo abis terpuruk, pasti bahagia dateng ya, gus??
ada jamu biar bahagia terus tanpa harus terpuruk nggak yaa...??

Kristina Dian Safitry said...

abu nawas,abu nawas. gadis rantau jadi ingat,dulu ketika masih boca,mama selalu memberikan donggeng tentang abunawas sebagai penghantar tidur.

Qittun said...

Bingung bacanya..hihi..
ndak pernah ngikutin berita di TV sekarang..
Apalagi mantau beritanya KPK... cuman buang waktu..
tapi perumpamaan yang bagus dengan tokoh Abunawas.. Saya jadi mengingat cerita Abunawas di masa kecil..hihi..

*******
OOT
Kang dari 2 hari, saya nulis pesan di SBnya sampeyan kayaknya kelewatan terus...

Ada Award nih di blogku...diambil ya..
semoga kang gus mau direpotin...xixiii
gampang kok PRnya...

tukang sapu radio said...

Hi.. hi.. hi.. Dua alenia terakir tuh yang paling sengtuju. Ada pepatah (tapi jangan dipatah-patahin lo ya) Boso jowone; Nek wani yo ojo wedi2, neng nek wedi yo ojo wani2. Kalo berani jangan takut2. Tapi kalo takut, jangan berani2.

Erik said...

Benar Gus... jangan berhenti berharap. Saya pun mempunyai harapan yang sama mengenai KPU.

Blogger Addicter said...

selalu mendapat suatu pesan moril yang mendalam ketika membaca tulisan suhu ini :)

[googleholic] said...

Besok coblosan gubernur,..
Tekad sudah bulat "golput",..
Ayo,.....siapa ikut??
xixixixiix

subagya said...

hmmm... (sambil manyun)... kompleks yaks... wekekekke.. namanya juga Indonesia serba aneh

nirmana said...

dari rumahnya novelis, trus mampir ke sini dah disuguhi "nasehat" yang menyejukkan hati. yah...roda kehidupan mang ga pernah berenti. cepat/lambat putarannya slalu mengikuti ritme hidup kita masing2. [ slalu saja hari esok? ]

mantan kyai said...

di negeri ini banyak ABU NAWAS yang kurang Gus adalah ... ABU WARAS !!!

nita said...

setuju. utk sesuatu yg positif saya pun tak sudi henti berharap:)....meski kadang orang mencibir seperti menunggu godot

wirati said...

he..he.he.. selalu berharap Peter pan
Habis gelap terbitlah terang Kartini
Keep your smile deh, walau uang hanya secekak, makan ga makan yang penting ngumpul katanya Slank

masarif said...

Awas lo pak Gus... Tindakan ini tergolong ngrasani lingkungan Istana. bisa bahaya.. Semoga saja tidak ada kerabat dekat istana yang baca posting ini. La wong KPK wae...

goresan pena said...

smile..through your heart is aching..
smile..even though is breaking..
when, there are cloud in the sky you'll get by
if you smile, with your fear and sorrow,
smile and maybe tomorrow....bla...bla..bla lagi, lupa!

(smile by michael jackson)

kRucIaL said...

habis gelap terbitlah terang... zzz kek ibu kita kartini aj!!!

wah, pelajaran yang bagus ini mas gus...
permainan politik emang susah ditebak, klo ada uang yah smua bisa diatur...

richard said...

kita nggak punya yakuza atau mafia, tapi manuver-manuvernya itu loh.. naujubile rock n roll ....

untuk konteks ini "berbahagialah yang tergusur..."

NB: sampaikan salam hormat saya untuk sang sahabat

franciska dyah said...

un bel domani pratello... (esok pagi yang cerah, sobat..) kata temen saia, gak tau ngutip darimana

ikut berharap juga..

eeda said...

Setau saya sih orang dekat istana udah ada yg bilang untuk ''merelakan'' saja si oknum tersebut.Karena bukti keterlibatan ga bisa disanggah lagi. So, kita lihat aja...

Masenchipz said...

tapi semua harapan juga mustinya yang logiskan bro.. agar harapkan itu menjadi nyata dalam hidup kita? he..he..

ichanx said...

kalo Aulia Pohan bisa sampe jadi tersangka dan dijerat hukuman yang layak, GW BAKAL COBLOS SBY!!!!

Ivana said...

ceritanya bagus dan menginspirasi bos...

JALOE said...

yuuuu setujuxxx suhu... walaupun berat, kita harus tetap menjaga harapan, karena harapan di miliki oleh orang-orang hidup..

furniture said...

wah benar nas kita harus selalu berharap

Ongki said...

bila kita masih punya harapan, berarti kita masih punya sesuatu untuk diperjuangkan!

ugiQ said...

teringet masa kecil ku lagi.... pak guru sering cerita ttg abunawas...seru dech.... he...he.. :D

harry said...

wah abu nawas yah mas gus.........setelah membaca dan melihat kejadian yang terjadi saat ini, aku malah sering bertanya pada teman, mau dibawa kemana negara kita ini....orang2nya sudah kacau semua yah mas gus

Bazoekie said...

habis gelap terbitlah terang ya, kang

Nenad Mohamed said...

Ada bagian postingan diatas yang sedikit menginspirasiku,Mas gus..bagian yang manakah itu?pokoknya ada dech,hehehe..pokona mah thanks for inspiring me with those stories :)

gus said...

@Mantan Kyai: Iya saya setuju Mas Kyai...

thevemo said...

abu nawa itu banyak akal

enhal said...

hehehehe saya komentri judul aja deh..hehehehe lucu...pengen ketawa baca judulnya dan akhirnya ketawa..wakakakakakak

Ananto said...

nah,,tapi sekarang aulia pohan dah jadi tersangka loh...jadi udah sedikit puas donk ama KPK??
yang penting kita dukung aja selama berbuat positip :D

Caroline Sutrisno said...

"Setiap kesusahan dan keterpurukan menimpaku. Berati tidak lama lagi setelah itu, kebahagiaan segera menyambutku."

aku juga percaya banget tuh, klo abis mengalami keterpurukan pasti ga lama lagi ada kebahagiaan, seperti abis ujan akan muncul pelangi. *sok puitis*

renungannya membawa pencerahan, mas. thanks for sharing!

gasgus said...

Artikel yang sangat mencerahkan mas. Seringkali kita merasa seperti putus asa menghadapi problem hidup. Padahal barangkali problem yang kita hadapi tersebut masih jauh lebih ringan dari problem yang dihadapi orang lain.

Seperti problem yang dihadapi teman karib Mas Gus itu. Hidupnya tiba-tiba terpuruk gara-gara berjuang menegakkan kebenaran. Saya bisa merasakan betapa berat tekanan mental yang dipikul teman karib Mas Gus itu.

Padahal, problem yang sering kita hadapi barangkali tak jauh dari sekitar urusan perut dan pekerjaan. Thanks

Dapat Duit Tanpa Modal said...

kisah kisah abu nawas memang berkesan banget

000-331 said...

Bagus dikirim ke membaca. Aku suka itu. Thanks for sharing ini.

Pusat Informasi Jual Beli Tanah di Bali said...

waduh yang mana cicak yang mana buaya yang mana kadal nih juragan ?

Post a Comment