
Jawabanya bisa bermacam-macam. Yang Jelas,sejarah kita mencatat,ada nama dengan pengejaan Tionghoa yang dianggap sangat besar jasanya di abad ke-15,yakni: Cheng Ho.
Karenanya, tokoh yang (juga) dikenal dengan Laksamana Zheng He. Bergelar Sam Poo Yay Djien tersebut diabadikan sebagai nama dua buah Masjid di ibu kota propinsi: di kota Surabaya bernama Masjid Muhammad Cheng Ho dan di Palembang dinamai Masjid al Islam Muhammad Cheng Ho. Dan sebuah masjid yang dikelola sebuah Pemda Pasuruan (juga) dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho.
Begitu besar peranannya bagi dunia perdagangan, proses asimilasi bangsa dan sekaligus bagi sejarah Islam di indonesia. Tak heran bila National Geographic Magazine di tahun 2005 mencoba merekonstrukasi perjalananya. Jejak perjalanan yang dimulai dari Yunnan (RRC) sampai Swahili (Afrika) tersebut di pamerkan dalam sebuah Pameran Foto di Universitas (Kristen) Petra Surabaya. Dan (masih pada tahun yang sama) di Semarang, di diselenggarakan Seminar Nasional Membincang Kontribusi Tionghoa dalam Proses Islamisasi di Indonesia untuk memperingati kedatangan 600 tahun Cheng Ho alias Sam Poo Kong di Semarang medio 2005.
*****
Ada banyak jejak peninggalan Cheng Ho di Nusantara. Adanya Lonceng Raksasa Cakra Donya di Aceh. Piring Ayat Kursi di Cirebon. Ukiran Padas di Masjid Kuno Mantingan, Jepara. Menara Masjid di Pecinan Banten (Jawa Barat). Konstruksi serta Ukiran Pintu Makam Sunan Giri di Gresik (Jawa Timur). Arsitektur Keraton dan Taman Sunyaragi di Cirebon (Jawa Barat). Konstruksi Soko Tatal dan ukiran kura-kura pada Masjid Demak (Jawa Tengah). Konstruksi Masjid Sekayu di Semarang. Kesemuanya merupakan jejak tentang adanya pengaruh misi damai Islam dan perdagangan internasionalnya di ranah Nusantara.
Bahkan di tempat persinggahannya di pelabuhan Semarang Tempo Dulu, Simongan. Cheng Ho diyakini sempat membangun tempat Pasholatan atau musholla yang berbentuk Lorong Goa. (Sayang setelah restorasi situs rersebut tertutupi bangunan baru yang berupa Klenteng Sam Poo Kong. Silakan baca juga wawancara singkat saya dengan pengelola Yayasan Klenteng Semarang dan a href="http://semarangreview.blogspot.com/2008/02/wawancarasaya-ketua-yayasannya-saya.html">Yayasan Klenteng Semarang dan Jejak Cheng Ho di Semarang atau Ringkasan Sam Poo Kong di Semarang)
*****
Tapi, yang menjadi pertanyaan saya di penghujung postingan ini. Kenapa di negara kita, Indonesia. Negara yang mengaku pewaris absah dari kerajaan-kerajaan Islam, Budha, dan Hindu. Negara dengan batasan wilayah yang disebut sebagai Nusantara. Dan dibangun dengan sejarah kontribusi ke-etnis-an yang dahsyat. Masih saja ada pengucapan WNI Keturnan untuk orang berlatar belakang etnis Tionghoa (China). Tetapi tidak ada julukan WNI keturunan Arab, misalnya?
Taruhlah, karena alasan keturunan Arab dianggap berjasa terhadap ke-Islam-an mayoritas pribumi. Bukankah China (Cheng Ho dan armadanya) juga memiliki saham terhadap ke-Islam-an Indonesia sejak abad 14.
Atau dengan kata lain, Cheng Ho adalah orang yang ikut ambil bagian dalam proses pendirian Negara (Kerajaan) Islam Pertama di Tanah Jawa, yaitu Demak yang biasa disebut dengan Mataram Islam (1475). Bahkan sajarawan nasional Mukti Ali ,mengajukan teori sejarah ini sbg antitesis Islam Indonesia disebarkan melalui Gujarat seperti yang dilansir Snouck Hugronje. Demikian juga dengan Buya Hamka. Seperti yang tertuang dalam sebuah tulisan medio 8 Maret 1961 , di majalah Star Weekly (juga) mengatakan tentang peran besar Cheng Ho dalam penyebaran Islam di Indonesia . Nah Loh...
*****
Saya jadi bersyukur, karena rute perjalanan mudik saya beberapa tahun terakhir bisa menyinggahi berbagai situs hidup tentang sejarah Islam. Termasuk keanekaragaman menu masakan. Mulai Ketupat Kauman, Lontong Cap Go Mek Pecinan, Kebab Turki, dan tentu saja Nasi Kebuli-nya Kampung Arab. Sebuah fakta baru, bahwa Indonesia adalah sebuah negara dengan pondasi sejarah masa lalu yang besar dan dahsyat.
Namun, kini. Dibalik seluruh kekaguman. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dada. Sebuah pertanyaan yang tak kalah besarnya: Kenapa kita tak mampu memanfaatkan kultur mudik, Idul Fitri atau Ied Mubarak sebagai sarana rekonsiliasi kultural. Agar kegemilangan masa depan bangsa ini segera terwujud.
Ah seandainya, Amin Rais, Gus Dur, Megawati, Prabowo, Meutia Hatta, Sutrisno Bachir, Kalla, SBY, dan Wiranto, Yusril Ihza Mahendra melihat fenomena kultural 'Idul Fitri atau Ied Mubarak ini dengan mata yang lebih jernih. Fenomena di mana per-maaf-an, rasa saling berbagi, mobilisasi dana pusat daerah, identity-maker, nilai ketakwaan dan kesalehan sosial sedang menemukan momentumnya.
60 comments:
cheng ho memang tokoh legendaris, gus, semoga generasi muda negeri ini tidak melupakan kiprah dan jasanya. wah, asyik juga kalau mudik bisa singgah ke tempat2 bersejarah. sukses selalu buat gus!
pasti ada sebab penyebutan itu dimulai yang kemudian seakan menenggalamkan jasa keislaman Laksmana Cheng Ho di nusantara ini, kira2 apa ya pak ?
apakah memang benar mas, cheng ho ntuh membawa misi keislaman di nusantara, dan benarkah seorang cheng ho itu islam......saya belum melirik sejarah itu...tapi mau cari-cari di um gugle. sayangnya di negara kita sebagian besar kurang menghargai jasa-jasa seseorang. Kemana saja selama hari aedul firi?
yg sy tahu chen ho itu masih hidup suhu.. malahan sekarang berniatan ingin jadi president.
hihihihi **** ngacir ah ......
ketupatanya koq ngga di kirim via imal suhu..hkikhhi.. sediiiiiiihhh
ingat cheng ho jadi ingat yusril ihza mahendra:) saya pernah baca kalo dlm ekspedisinya cheng ho ini juga pernah memindahkan orang2 china muslim ke palembang dan surabaya
Karena saya hanya tukang sapu radio, mikir saya cuman kita ini berarti manusia "beradab keturunan". Maksud-ku ki... ke-mudunen. Piye gus? Cocok?
@suhu Jaloe
hahaha....itu mah bukan Cheng Ho atuh, Tapi Cheng Sril. Atau Cheng Pul kali...
wah... lengkap banget pak tentang Laksamana Cheng Hoo
harapan pak Gus kepada mereka2 adalah harapan kita semua
Kakekane... saya paham banget soal Semarang, soalnya bapakku asli wong Lemahgempal... Bahkan, saya pernah "nyekel" pasar mBulu seblah wetan... Namun, untuk menulis soal Semarang, saya tidak mampu. Tabik sama mas Gus ini... hehehe... maaf lahir batin...
Kang Gus lengkap banget nih infonya... :)
Info yang keren banget kang. hihiihi..maklum, saya ini penggemar trip story.
Setuju, boss. Saya sbg warga etnis tionghoa juga mau protes neh. Napa seh ada stemple "keturunan" segala? kan saya lair di sini, besar di sini, kerja di sini, nyari duit juga di sini. Mungkin ntar mati juga di sini. Ya nggak...
Setuju, boss. Saya sbg warga etnis tionghoa juga mau protes neh. Napa seh ada stemple "keturunan" segala? kan saya lair di sini, besar di sini, kerja di sini, nyari duit juga di sini. Mungkin ntar mati juga di sini. Ya nggak...
ntar kalo keliling lagi ajak bunda ya..... tripnya menarik dan bikin bunda kepengen ikut soalnyaaa
blognya makin keren mas,..!
selamat hari raya idul fitri 1429 H mohon maaf lahir batin
Aduuh, yang jelas kita ini masih memandang kalau china orangnya kikir, puelit, sombong.
Padahal china ada dalam hadis nabi lo...heheheh
posting om "om?" selalu menarik,paham betul dengan sejarah.
saya baru baca buku,dan bisa saya katakn ada sedikit yang salah dengan posting om.
"Sebagaimana diketahui, Cheng Ho adalah satu-satunya Panglima tertinggi Muslim dalam sejarah China."
di buku itu,katanya ada yang lebih gedean dari ceng ho,yaitu zulkarnain,katanya dia itu nabi buat orang china!!!entah kenapa saya agak percaya gak percaya ma buku ini.coba baca deh om.
@uchica_girl
hahaha, ponakan satu ini emang pecinta buku rupanya. btw, Catatan sejarah tentang Zulkarnaen memang masih debatable. Jadi saya belum berani mengatakan soal zulkarnaen. Atau tepatnya Zulqornain.
Karena tradisi pencatatan sejarah mensyaratkan adanya kritik Konten alias pembuktian fakta dan sekaligus kritik Sumber. Alias uji akademis penyampai fakta sejarah.
Tradisi ilmiah yang sebenarnya mengadopsi metode pencatatan hadist dalam tradisi Islam.
Singkatnya, harus diketahui 'matan' atau konten hadisnya. terus yang menyampaikan hadistnya (perawi, penyampai, rowi) juga harus diuji. Gitu.
Btw, makasih atas kritiknya...
Posting yang hebat ...
bener kang gus ...Pemaafan yang menjadi bagian integral dari ibadah Idul Fitri seharusnya tidak hanya saling berjabat tangan, tetapi hendaknya menjadi momentum bagi pemaafan yang tulus semua elemen bangsa, sehingga islah, rekonsiliasi, dan perdamaian benar-benar terwujud negeri ini.
Apalagi nanti kita akan menghadapi Pilpres th 2009 nanti .....
Hemm laksamana Cina Muslim...saya izin copy suhu..buat bahan bacaan disaat sepi
Istilah ini sama dengan penyebutan PSK untuk pelacur, pekerjaannya jadi legal.. saya juga kurang setuju dengan sebuta "WNI keturunan"..
Infonya lengkap Gus. Inget Laks Cheng Ho.. inget pak Yusril saat menceritakan sejarah tsb di metro TV.
Saya juga merasa aneh... masih ada istilah WNI keturunan, padahal kakeknya aja lahir di Indonesia.
sering baca wikipedia kayaknya
Catatan untuk mas Albri:
Wikipedia, justru sangat sedikit menginformasikan soal Cheng Ho. Itupun merupakan data dari pihak ketiga alias data sekunder. Saya malah melihat kontributor Wiki banyak mengutip dari Laporan Khusus Life Magazine, New Strait Times Asia dan NationMaster.
Karenanya saya memilih sumber utama, seperti buku :1421 The Year China Discovered America,, Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Arsip Suara Merdeka, Procceding Seminar, Arsip Jawa Pos, Dokumen Star Weekly (maret 1961) Dokumentasi PITI Surabaya, Dokumentasi Petra Surabaya dsb.
Sekedar tahu, Perbedaan penulisan sejarah, menurut Asvi dengan lainnya adalah adanya kritik konten dan kritik sumber. Jadi harus ada semacam uji konten/isi tulisan. yang kedua uji sumber sejarah. Metode yang saya kira diadpsi dari metode penulisan hadist yang diperkenalkan pencatat hadist utama, Buhari, yang asal bukharest tersebut.
****
Karenanya, sekali lagi saya tidak mengambil sumber wiki. tetapi memilih sumber texbook utama. yang telah diuji akademis maupun uji tesa antitesa seperti diatas. suwun
Kang Erick:
hehehe...semoga yang dikatakan Yusril Ihza Mahendra bukan atas nama pemeran Utama Cheng Ho. Tapi memang untuk tujuan kesejarahan. Sebagaimana tujuan dibuatnya filem itu sendiri
Banyak yang ga tahu lo kl Cheng Ho nyampe Smg. Orang LN ngiranya di Singapura. Makanya waktu perayaan pendaratan Cheng ho ke 600 di Semarang,travel agent di Singapore langsung mbidik peluang ini. Wisman manca diyakinkan untuk drop by ke singapura dulu baru ke SMG. karena ngiranya dulu emang Cheng Ho ke S'pore dulu, so mereka percaya
bagus. mari kita gali sejarah yg benar utk meluruskan yg ada sekarang. :)
oo iya...hampir tidak adanya julukan warga keturunan pada masyarakat etnis Arab itu harus diakui karena jasa abdurrahman baswedan.
Pembubaran organisasi Partai Arab Indonesia yang ia dirikan, bukan peristiwa sepele.
Status keturunan Arab yang dikelompokkan dia atas pribumi, diturunkannya; sama, sebangun, dan sependeritaan dengan golongan pribumi dalam pengelompokkan ciptaan Belanda.
Pendirian PAI adalah sebuah upaya pengorganisasian, pengonsolidasikan rumpun keturunan Arab (di masa itu) untuk selanjutnya bahu-membahu bersama komunitas perjuangan lainnya melawan penjajahan.
Ya faktanya sekarang, orang2 macam Ahmad Albar, Munir, Ali Alatas, Hamdan ATT, ga pernah dicap sebagai WNI keturunan kan?
Mungkin nih..mungkin...kalau dulu pada masa perjuangan, ada elit politik china yang declare secara terang2an dan akhirnya melebur dengan pribumi (tak ada gap apapun), perjalanan sejarah kawan2 etnis China ga seperti ini yang sampai sekarang tetap dijuluki warga keturunan.
Skr mending ga usah ngeributin soal perbedaan deh. Lagipula, perbedaan itu indah kok.
Saya punya pengalaman waktu lebaran bbrp tahun lalu, tutup tabung gas kompor saya rusak. Pdahal saya kan butuh nganget2in masakan karena sodara2 mo dateng. Kl kompor rusak gimana dong? setelah hunting ke sana kemari dan putus asa karena semua toko tutup..akhirnya nemu toko kecil nyempil di pasar minggu yg punya orang China dan jual apa yang saya butuhkan. Ketolong banget deh saya sama dia. Coba kl semua orang lebaran semua dan yg punya toko pada tutup...waduh, ga tau deh nasib saya waktu itu gimana. Makanan yg udah dibuat basi semua karena ga bisa dipanasin. Jadi buat mas anthony harman, take it easy aja. WNI keturunan kan cm label tp hati tetep Indonesia dong. Saya punya kenalan dosen undip etnis China tp rasa nasionalismenya kayaknya tebelan dia deh daripada saya. Jadi malu deh...
@For mBa Eeda:
Suwun atas tambahan postingannya. Penyuka sejarah juga ya rupanya
lebaran2,,,mohon maaf ya!!
Wah, menarik banget nie suhu..
Minta ijin copy tulisan ini ya...
Matur nuhun..
For Kang Enhal + Kang Wendra:
Sumonggo dipun copy. Saya malah merasa mendapat penghormatan banget Kang, kalau Njenengan mau ngopy. Semoga makin menambah nilai kemanfaatan tulisan ini...
For Kang Dicky:
Suwun rawuhipun Kang. Btw, jangan2 itu terjadi di semarang ajah. soalnya di Surabaya, Malang, Palembang, Jakarta nggak gitu2 banget....
Cheng Ho... Sya sllu mngagumi Cheng Ho.. :)
wah baru tau kang.. :)
keren nie artikelnya...
lho..?? Babeh ngomongin apaan sih??
udah dibikinin ketupat dan opor ama Jovie kok malah ngomongin Ceng Ho..apa tuh Beh?? duh gak ngerti...gak usah jauh2 lah Beh....ini ketupat lebarannya special buat Babeh *ceritanya doang..solanya ketupat yang asli udah habis..:p*
kapan ngajak gadis rantau ke klenteng semarang ya? tertarik juga gw. ngomong2 ..masih ada ketupatkah buat yang ada dirantau?he..he..
mantab kang..jelas bangt keterangan sampe pusing bacanya.
Yaaccchhh...dapat buntut lg nihh komentarnya...
Dulu aku pernah baca sekilas ttg sejarah Cheng ho...tp krn udah bertahun2 dulu jd sekarang udh luntur hheee...untung kang gus posting ini jd terbuka lg memorynya..hhee
Trims buat insight-nya, dengan posting diatas bisa lebih faham akan role mereka di masa lampau.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429Hm salam hangat dari afrika barat :D
menilai secara objektif dan selalu dari berbagai sudut pandang memamng tidak mudah ya..
Gus tulisannya bagus banget. mesti banyak belajar nih. Anda memang penulis yang hebat. Tapi saya belum pernah makan kebab turki tuh. Lontong cap gomeh udah pernah he.he..hee
But Di Bali kini etnis Tionghoa udah banyak berkiprah. nanti tgl 12 Oktober mereka menggagas Gema Perdamaian.
Iya sebagai manusia kita memang sama tidak ada perbedaaam di mata Tuhan. Betul kan ?
wah, baru tau saia mas,
1 kali berkunjung dah dapet dua keuntungan, ilmu+saHabat2 baru....dUh senengya...
10 kali berkunjung dapet payung cantik ditempatku(*promosi),wualah
*kabuur....
Manggut2x sambil mengaggumi artikel suhu
duhhh..salut ama pak kyai nie..wewwww..mantabb kali tulisannya..dari sejarah ampe technology muantepp semua..dibabat abis..
numpang nyuri ilmu dan baca kang :)
wah komen ke 47 neh, mantap banget kang artikelnya, Jasa Cheng Ho dalam pengembangan islam di tanah air emang ga bisa dianggep remeh, kang gus someday mesti mampir ke Masjid Cheng Hoo di sby, banyak cerita soal beliau bisa digali di sana
Sejarah memang penuh cerita kebesaran dan kejayaan, namun kebesaran dan kejayaan tidaklah kekal, waktu yang membuktikan. Mohon maaf lahir dan bathin ya Kang. Salam Ngeblog.
"kenapa kita tak mampu memanfaatkan kultur mudik, Idul Fitri atau Ied Mubarak sebagai sarana rekonsiliasi kultural"
ya, benar sekali. tapi yang terjadi sekarang adalah mudik sebagai ajang untuk melakukan kegiatan belanja. di jogja kemarin saya mengamati betapa banyak para pemudik dari luar kota yang 'terjebak' menikmati mall dan berbelanja sampai jutaan rupiah. apakah ini yang dinamakan kultur mudik yang baru ya??
saya suka isi postingannya, menambah info buat saya
betewe
TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM TAQABBAL YA KARIM. MINAL AIDIN WAL FAIZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YAAAA.... MULAI DARI NOL YA... HE..HE...
saya langsung teringat dengan om yusril... :)
ceng ho :D
sayang saya blom pernah nonton laksamana ceng ho, abis, ceng ho nya nggak ganteng sih :p
btw
lebaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnn
Spesial Kang Arilz
Hehehe.. pas mampir di Masjid Cheng Ho. malah saya dapat ta'jil gratis Kang...ramah banget takmirnya...
"Masih saja ada pengucapan WNI Keturnan untuk orang berlatar belakang etnis Tionghoa (China). Tetapi tidak ada julukan WNI keturunan Arab, misalnya?"
hal itu juga yang selalu jadi pertanyaan saya. padahal wna di indo kan bukan cuman cina aja, ada arab, india dlsb... hehehe...
tulisannya sangat membuka wawasan!
Pak Gus, bagaimana caranya tulisan anda yang sangat bagus ini bisa masuk dalam pelajaran sejarah bangsa / nasional. sehingga generasi muda indonesia memiliki wawasan sejarah yang lengkap. Mengapa sejarah ini tidak masuk dalam kurikulum ya???
Di kampung saya, mudik dan fenomena Lebaran bukan hanya milik kaum muslim, namun berbagai kepercayaan dan agama bersatu merayakan Lebaran. Yang membedakan, adalah yang non muslim tidak ikut sholat Ied.
Betapa indahnya perbedaan, jika kita bisa menyikapinya dengan baik....
punya buku laksamana ceng ho...
tapi baru baca sampe halaman 3, padahal itu buku udah lama belinya..
pas ada filmnya, males nonton, yg main 'dia' sih..
mbok kamu aja yg main, pasti aku nonton pertamaaaax..
For mbaa Tyas
Dan jangan2 penontonnya hanya para blogger doang yak...hehe
aduh..mas saya penyuka sejarah dan sastera serta traveling, stlh traveling sana sini di blog org..hehe akhirnya nemu blog yg kupasan sejarahnya kumplit dan dalem, tp bahasanya kok ya kurang membumi..maksud saya gak mudah dimengerti, yah mungkin ini saya aja yg gak ngerti bahasa tingkat tinggi. Tapi tetap saya suka kok membacanya..Tks ya buat tulisan sejarah2 nya.
Post a Comment