About me

Blog

26 October 2011

Catatan Satu Suro 1945 Wawu, Satu Muharam 1433 H: Seandainya Bersama Kita Bisa

Ibunya Hantamah binti Hasyim bin Al-Mughirah. Ayahnya seorang tokoh lokal bernama Nufail Al Mahzumi. Pertumbuhan fisiknya kukuh kekar. Kerap memenangi perkelaihan di masa mudanya. Penyelamat kabilah jika terjadi perang antar suku. Namun saya kira bukan alasan tersebut yang membuatnya dianggap sebagai pengganti Hamzah bin Abdul Muththalib dalam pemberian perlindungan kepada sang Nabi di saat masa sulit.

*****

Menurut banyak catatan sejarah. Dia termasuk pengikut sang Nabi yang terbebas dari boikot ekonomi dan hukuman sosial. Sanksi yang diterapkan petinggi Mekkah terhadap pengikut gerakan Muhammad. Dokumen sejarah lain, malah mencatat dia sebagai satu-satunya peserta rombongan yang mengumumkan secara resmi keikutsertaannya untuk eksodus , justru pada saat eksodus itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari penghadangan. "Jika diantara kalian ada yang ingin anaknya menjadi piatu,dan istrinya menjadi janda, silakan halangi (perjalanan) saya", begitu yang dikatakannya kala itu. Di depan para petinggi Mekkah yang hendak menghadangnya.

*****

Sekaku itukah sikapnya? Benar ! Dia memang sangat kaku dan tegas terhadap kelompok orang yang menjunjung tinggi ketidak-adilan sosial. Bahkan cenderung ketus bila berhadapan dengan penggila kekuasaan dan penindas kaum pinggiran. Namun. Dia juga sangat lembut, bahkan acap menangis sendirian bila mendengar kabar ada dua atau satu saja -dari sekian banyak rakyatnya- masih miskin atau terpinggirkan secara struktural, atau karena jangkauan pemerintahannya gagal mendistribusikan kemakmuran.

Dialah Khalifah, Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan kedua yang hampir tiap malam waktunya dihabiskan untuk meronda tiap sudut gang di wilayah negara sendirian. Untuk menyelidiki apakah ada warga yang masih kelaparan atau masih melarat. Bahkan dia sendiri yang akan memikul sembako seperti gandum atau kurma untuk diserahkan kepada mereka.

Dialah orang dekat Nabi Muhammad yang bila sudah selesai menjalankan tugas kenegaraannya. Segera mengganti lampu penerangan, alat transportasi dan menanggalkan semua fasilitas negara. Dengan peralatan hidup pribadi yang sederhana. "Karena setelah melaksanakan tugas kenegaraan. Saya adalah warga biasa seperti kamu sekalian". Begitu keseharian kehidupannya saat menjadi Kepala Negara.

Dialah tokoh yang untuk penegakan hukum di dalam negeri. Tokoh yang tak segan-segan melakukan eksekusi sendiri pelaku korupsi dan pencurian hak sipil warganya. Tokoh dengan kebijakan luar negeri yang tak segan menantang perang secara terbuka negara adikuasa saat itu, Romawi. Karena sikap penindasan negara adikuasa tersebut terhadap negara-negara kecil yang menjadi jajahan atau wilayah protektoratnya. Karenanya, tak terlalu mengherankan jika Michael H. Hart pun terpaksa mengakuinya sebagai orang paling berpengaruh dalam The 100-nya.

Ya. Dialah Ummar bin Khattab. Orang yang menyerap nilai eksodus dengan serapan subtstantif. Dan dia pula yang selalu menyampaikan pentingnya nilai eksodus. Juga pentingnya substansi eksodus itu sendiri bagi generasi berikutnya. Karena itu pula, maka dia merasa perlu untuk menetapkan peristiwa monumental yang menempuh jarak 470 km tersebut sebagai dimulainya penghitungan Kalender Islam. Peristiwa yang belakangan dikenal sebagai peristiwa Hijrah.

Untuk apa semua itu dilakukannya? Agar generasi berikutnya selalu mengingat nilai penting peristiwa tersebut lebih dalam. Lebih substantif: Hijrah dari sikap cuek bebek terhadap terjadinya ketidak-adilan sosial. Dari sikap hedonisme. Dari sikap menjadikan kekuasaan, gelimang harta dan kemewahan jabatan politik sebagai tujuan hidup menuju keberpihakan kepada kelompok jelata. Pembelaan terhadap pihak tertindas. Dan kekuasaan politik untuk menyejahterakan rakyat.

Akhirnya, selamat menjadikan momentum tahun 1433 Hijriyah. Selamat menyerap makna Hijrah dengan serapan yang lebih substantif: Mari kita paksa siapapun yang memegang amanah kekuasaan di negeri ini untuk mereformasi perilaku. Agar kegemilangan negeri yang mereka janjikan semasa putaran kampanye kemarin bukan sekedar jualan mimpi di siang bolong belaka !

21 comments:

Pulya P. said...

selamat tahun baru ya pak dosen

bee said...

HIJRAH....

aa' mil said...

Selamat tahun baru pak

ngobrol bisnis said...

Semoga lebih baik di tahun yang akan datang pak

Natha Lia said...

Happy New Year yaaa.......hope always give a fortune and succes.....tq

See More My Blog

Natha Lia Blog

Download Ebook Free

Download Full Free Software

Adult Blog

nada said...

met tahub baru pak dos

newbi said...

seandainya ya bang
hehe

v3 said...

ied mubarak..
nice share friend..
thanks :)

T4belajarblogger said...

Thanks sharing-nya.....good posting!

manly beach accommodation said...

Kapan yah negara kita punya pemimpin seperti Khalifah Umar?

mas doyok said...

salam kneal
artikelnya mencerahkan :)

freed ownload here said...

kita hanya bisa berharap yah pak ??

usahaonline said...

hoping the best for all

miftah said...

kenapa tidak ada lagi kemunculannya.. (khususnya kepemimpinan di RI ini ), apa kita bisanya cuma mengenang menyebarkan cerita-ceritanya dan tidak sedikit yang mencoba meneladaninya. Tapi kok ga' da yang benar-benar " UMAR BIN KHATAB Banggett ".

Sangat terkesan ketika Hukuman potong tangan bagi orang(miskin) yang mencuri, tapi ketika orang tersebut masih berulang dan mengulang mencuri lagi maka yang harus dipotong tangannya adalah orang kaya ( yang ga' berbagi, ga' ada rasa sosialnya ).

Rumah Kontrak said...

nice share, inspiratif :)

Tips Trik Komputer said...

Thanks buat sharenya mas...

tanah dijual said...

artikelnya menarik.sukses terus ya mas

Astaga.com LifeStyle On The Net said...

mudah2an pemimpin kita bisa dapat mengambil teladannya..

My Homepage said...

artikel yang memberi inspirasi.
salam kenal pak gus.

wholesale glassware said...

Terima kasih info artikelnya mas

tips dan triks said...

nice info

Post a Comment